Pengaruh Sosial Media dan E-Commerce Terhadap Kebiasaan Perilaku Individu

Penulis: Louis Bertrand Riyanto, Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Dok/Ist).

Oleh: Louis Bertrand Riyanto*

Perubahan perilaku konsumen dalam berinteraksi dan berbelanja secara online dapat dikatakan sangat relevan dalam era digital saat ini. Platform-platform sosial media seperti Instagram, Facebook, TikTok, Snapchat, Twitter, dan Youtube, tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga berfungsi sebagai sarana mempublikasikan kegiatan sehari-hari dan menyampaikan aspirasi serta yang paling banyak saat ini yaitu digunakan sebagai media promosi untuk mencari cuan. Menurut Susanto & Irwansyah (2021) hal ini menciptakan tren baru di mana individu merasa lebih bebas untuk mengekspresikan pendapat mereka, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku sosial dan ekonomi mereka. Tidak hanya sosial media, E-Commerce seperti Shopee, Tokopedia, Amazon, dan Alibaba juga telah mengubah cara konsumen berbelanja dengan memberikan kemudahan akses dan banyaknya variasi produk yang ditawarkan. Penelitian menunjukkan bahwa daya tarik iklan dan kualitas produk di platform e-commerce berkontribusi pada keputusan pembelian konsumen, di mana kepuasan konsumen berperan sebagai variabel intervening yang penting (Fitriana & Chadhiq, 2022).

 Menurut saya, dampak paling besar dari sosial media adalah kemampuannya untuk membentuk opini dan mengubah perilaku. Beberapa contoh kasus pada sosial media seperti Instagram, kebiasaan yang seringkali terlihat adalah bagaimana setiap orang membagikan kegiatan mereka di story instagram mereka selain itu mulai banyak orang yang ingin menjadi influencer dikarenakan cuan dan adsense yang ditawarkan sangat menggiurkan. Tidak hanya itu, instagram juga menyediakan berbagai fitur seperti stories, reels, dan iklan berbayar yang membuat banyak pelaku bisnis mulai memasarkan produk mereka pada platform tersebut (Puspitarini & Nuraeni, 2019). Selanjutnya pada aplikasi seperti Facebook, banyak Gen Z yang mengatakan bahwa aplikasi ini sudah ketinggalan zaman akan tetapi aplikasi ini sangat disukai oleh Generasi Milenial. Mengapa demikian? Karena Facebook lebih berfokus untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan teman dan keluarga dengan membagikan pengalaman dan momen-momen sehingga tidak terlalu mementingkan visual dan interaksi yang lebih dinamis dimana kedua komponen tersebut lebih disukai oleh remaja (Fardouly & Vartanian, 2015).

Sebaliknya, TikTok saat ini merupakan aplikasi yang sangat populer di kalangan remaja, dikarenakan platform ini menawarkan visual yang lebih keren dan juga konten-konten video pendek yang kreatif dan juga menghibur. Tapi sayangnya pada aplikasi ini sering terdapat konten-konten yang tidak beredukasi dan tidak bermutu tetapi herannya konten tersebut bisa viral contohnya konten seperti orang mandi lumpur yang kemudian di ‘sawer’ oleh orang lain yang menonton. Kebiasaan buruk termasuk konten-konten seperti itu harus dihilangkan dan orang-orang yang menyumbangkan uang pun harus berhenti. Hal tersebut sangat sejalan dengan penelitian oleh Diva (2023) yang meneliti tentang remaja yang aktif di TikTok cenderung lebih terlibat dalam perilaku konsumsi yang impulsif, dipicu oleh tren dan tantangan viral yang muncul di platform tersebut. Perbandingan ini sangat jelas menggambarkan bahwa kebiasaan perilaku individu dapat berubah seiring berjalannya waktu. 

Lebih lanjut, pada aplikasi Snapchat orang-orang seringkali membagikan pengalaman yang lebih intim dan informal melalui fitur streak. Saya sendiri sebagai pengguna aplikasi ini cenderung lebih suka membagikan pengalaman seperti foto dan video kepada orang-orang terdekat saya yang saya tidak bagikan di platform lain. Fitur streak ini memungkinkan orang-orang untuk terus mengirimkan foto dan video setiap hari agar tidak putus dikarenakan fitur tersebut memperlihatkan sudah berapa lama interaksi yang terjadi antar individu misalnya saya membagikan foto selama 90 hari secara berturut-turut kepada teman saya, maka akan muncul simbol dan angka 90 pada nama orang yang saya kirimkan tersebut. Menurut saya, perilaku yang dilakukan orang-orang maupun saya sendiri cukup unik pada platform ini yang menyebabkan munculnya rasa takut kehilangan angka streak tersebut sehingga walaupun terkadang sedang tidak ingin membagikan sesuatu tetapi saya harus terpaksa membagikannya setiap hari agar tidak kehilangan streak tersebut dan harus mengulang dari awal.

Di sisi lain, aplikasi X yang dulu kita kenal sebagai Twitter berfungsi sebagai platform untuk berbagi pemikiran dan juga berita-berita terbaru secara real-time. Kalau ingin mencari berita terbaru pasti langsung ke platform ini. Orang-orang yang menggunakan aplikasi ini sering terlibat dalam diskusi publik dan saling berbagi opini satu dengan yang lainnya, dimana secara tidak langsung dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan isu-isu sosial dan juga politik sehingga terdapat opini dan pernyataan yang pernah saya lihat di platform lain mengatakan “warga X isinya orang-orang yang paling pintar diantara pengguna media sosial lainnya”. Kemudian, Youtube sebagai platform video terbesar menawarkan sangat banyak konten yang beragam mulai dari hiburan hingga edukasi. Sebagai pengguna YouTube saya seringkali menggunakan aplikasi ini untuk belajar dan secara tidak langsung menggunakan platform ini sebagai media untuk menonton review dan perbandingan suatu produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap pembelian saya contohnya jika saya ingin membeli handphone baru pastinya saya akan menonton YouTube untuk mencari kelebihan dan kekurangan serta perbandingan handphone yang ingin saya beli dengan handphone lainnya. Namun, pengguna YouTube saat tidak hanya menonton video, tetapi juga seringkali berinteraksi melalui kolom komentar di berbagai video. Perubahan perilaku tersebut menunjukkan bahwa pengguna media sosial semakin aktif dalam menciptakan dan terlibat langsung dalam isu-isu sosial yang relevan bagi kehidupan mereka.

 Pada sisi lain, e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia telah merevolusi cara orang untuk berbelanja. Dimana sebelumnya jika ingin berbelanja harus ke mall atau tempat berbelanja lainnya, sekarang dengan adanya platform tersebut yang memberikan kemudahan akses dan sangat banyak pilihan produk yang ditawarkan, konsumen kini lebih cenderung berbelanja secara online. Sebagai konsumen hal yang saya sukai dari platform tersebut adalah kita dapat membandingkan secara langsung suatu produk dari harga dan juga ulasan dari pengguna lainnya misalkan saya ingin membeli sepeda merek tertentu tentunya akan banyak sekali pilihan dari berbagai toko dengan model yang sama tetapi salah satu faktor penting yang menentukan pembelian adalah dari ulasan konsumen lain. Tentunya kita sebagai konsumen akan membeli di toko yang sudah terpercaya kualitasnya dan mendapat rekomendasi dari pengguna lain. Penggunaan e-commerce juga sangat berhubungan dengan sosial media dimana tingkat impulsif dalam berbelanja dapat meningkat pada e-commerce karena konsumen sering kali terpengaruh oleh iklan dan promosi yang mereka lihat di sosial media (Wahab, 2024).

Ada juga platform e-commerce internasional seperti Amazon dan Alibaba yang memberikan pengalaman berbelanja yang lebih luas lagi bagi konsumen, dengan platform tersebut akan lebih mudah lagi untuk mencari produk yang diinginkan akan tetapi karena pengirimannya dari luar negeri tentunya biaya pengiriman yang ditawarkan dapat dibilang cukup tinggi. Karena biaya pengiriman yang tinggi tersebut juga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku dan tingkat konsumsi konsumen dimana mereka akan merasa lebih baik membeli dalam jumlah yang besar dibandingkan harus membayar ongkos kirim yang lebih mahal.

 Akan tetapi, pengaruh sosial media dan e-commerce tidak selamanya baik dan tidak selalu positif. Terdapat risiko yang terkait dengan perilaku konsumsi yang berlebihan, seperti kecanduan belanja online dan dampak negatif terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan remaja (Lestari & Latabulo, 2022). Penggunaan sosial media yang berlebihan juga dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan menyebabkan depresi serta masalah kesehatan mental lainnya terutama bagi pengguna yang merasa tertekan dan ingin memenuhi ekspektasi sosial yang ditampilkan di platform tertentu (Cahya, 2023). Oleh karena itu, sangat penting untuk kita sebagai pengguna platform-platform tersebut untuk menyadari dampak dari perilaku dan interaksi yang kita lakukan.


*) Penulis adalah Louis Bertrand Riyanto, mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال