Ilustrasi: Dok. Istimewa
Oleh: Irina Roudlotul Jannah*
Pendidikan di Indonesia sangat diperlukan untuk menghasilkan penerus bangsa yang unggul. Sebab melalui pendidikan, individu akan mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman. Maka, generasi muda harus dibekali dengan pendidikan yang memadai. Melalui sistem pendidikan yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman di era globalisasi. Hal ini membantu untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas dan mampu bersaing secara internasional.
Pendidikan berkualitas membutuhkan peran tenaga pengajar terutama guru dalam membentuk generasi muda yang unggul. Namun apabila kesejahteraan tenaga pendidik rendah, akan menyebabkan terciptanya kesenjangan kesejahteraan dan mempengaruhi kualitas pendidikan. Masalah tersebut menjadi tantangan yang harus segera ditangani bagi era kepemimpinan baru di Indonesia.
Saat ini, banyak guru honorer di Indonesia yang masih menerima gaji dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Hal ini disebabkan karena keterbatasan anggaran dari pemerintah dan belum adanya standar gaji yang jelas untuk guru honorer. Maka dari itu, generasi muda berharap agar adanya peningkatan kualitas dan kesejahteraan tenaga pendidik di bawah kepemimpinan Prabowo.
Selain masalah kesejahteraan tenaga pendidik, pendidikan vokasi di Indonesia kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Saat ini, persaingan dunia industri semakin ketat, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja terus meningkat. Hal ini seharusnya menjadi peluang bagi pendidikan vokasi di Indonesia agar menciptakan tenaga kerja yang kompetitif.
Namun, pada kenyataannya masih banyak lulusan pendidikan vokasi yang menjadi pengangguran dan dianggap kurang memenuhi standar industri. Hal ini membuktikan adanya penyimpangan antara pendidikan vokasi dengan standar keterampilan yang diharapkan dunia industri. Di samping itu, fasilitas praktik dan laboratorium juga menjadi kendala bagi sekolah-sekolah vokasi karena keterbatasan pembiayaan. Oleh karena itu, generasi muda berharap pemerintah baru lebih memperhatikan pendidikan vokasi dan jurusan terlebih dalam hal pendanaan, fasilitas, dan program magang.
Selain itu, akses pendidikan tinggi masih menjadi masalah bagi sebagian besar siswa dengan kondisi ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh peningkatan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dari perguruan tinggi. Peningkatan ini juga disebabkan oleh regulasi baru dan kenaikan biaya operasional yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi. Meskipun terdapat program beasiswa untuk pendidikan tinggi, pelaksanaan dan pengelolaannya belum sepenuhnya efektif. Banyak program beasiswa tidak menyebarluaskan informasi dengan efektif sehingga masyarakat tidak mengetahui kesempatan yang ada.
Selain itu, proses seleksi penerimaan beasiswa seringkali dianggap tidak transparan. Harapan besar dari generasi muda terutama mahasiswa pun muncul agar kepemimpinan Prabowo dapat memperbaiki sistem beasiswa di indonesia sehingga lebih transparan dan dapat membantu siswa untuk mencapai pendidikan tinggi.
Pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi menjadi tantangan generasi muda dalam menjaga identitas budaya dan nasionalisme. Globalisasi dan kemajuan teknologi mempermudah akses terhadap budaya asing dan memperkenalkan tren baru yang dapat menggantikan nilai-nilai tradisional. Khususnya melalui penggunaan media sosial dapat memperkuat rasa individualisme di kalangan generasi muda, sehingga banyak dari mereka lebih fokus pada pencapaian pribadi daripada kepentingan bersama.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya perhatian generasi muda terhadap nilai kebangsaan. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kami juga berharap agar pemerintah memberikan kebijakan yang merata dan lebih memperhatikan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan sehingga dapat memperkuat kebersamaan dan semangat nasionalisme.
* Penulis adalah Mahasiswa Jurusan S1 Akuntani Universitas Tidar