Mengenal Istilah ‘Slang’ di Dunia Maya: Ancaman atau Peluang bagi Kelestarian Bahasa Indonesia?

Ilustrasi: Mengenal Istilah ‘Slang’ di Dunia Maya (Dok. Istimewa)

Oleh: Afina Rizqi Prianto*

Dunia maya telah melahirkan budaya baru, termasuk penggunaan bahasa yang unik. Istilah “slang” atau bahasa gaul, yang dulunya hanya dikenal di lingkungan pergaulan, kini merambah ke ranah digital dan menjadi bagian integral dari komunikasi online. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yang menggelitik: apakah slang online merupakan ancaman atau justru peluang bagi kelestarian Bahasa Indonesia?

Purba dkk. (2019) mendefinisikan bahasa gaul sebagai kosakata tidak baku yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun tidak dalam pidato formal atau karya akademis. Bahasa gaul mencerminkan pengalaman bersama suatu kelompok, seperti masa kanak-kanak di sekolah tertentu, usia tertentu, atau keanggotaan dalam kelompok sosial yang spesifik (Saputra, 2016:13). Penggunaannya terbatas pada kelompok kecil dalam situasi informal. 

Bahasa gaul, yang seringkali berupa singkatan, akronim, atau kata-kata baru yang diciptakan, telah lama menjadi bagian dari budaya anak muda. Namun, dengan munculnya internet dan media sosial, bahasa gaul mengalami evolusi yang pesat. Slang online, yang seringkali dipadukan dengan emotikon dan karakter khusus, semakin mudah menyebar dan diadopsi oleh berbaga kalangan. Di era modern saat ini, bahasa gaul telah menjadi gaya bahasa yang dominan, bahkan telah menjadi bahasa umum dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan slang online yang berlebihan dapat memudarkan batas antara bahasa baku dan tidak baku. Penggunaan kata-kata yang tidak tepat dan penghilangan tanda baca dapat menurunkan kualitas bahasa sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Bayangkan, jika kita terus-menerus menggunakan istilah “kepo” untuk menyatakan “ingin tahu” apakah kita masih akan memahami makna sebenarnya dari kata-kata tersebut?

Hilangnya Nuansa dan Makna

Slang online, yang seringkali bersifat informal, dapat menghilangkan nuansa dan makna sebenarnya dari pesan yang ingin disampaikan sehingga dapat nengakibatkan komunikasi yang kurang efektif bahkan memicu konflik.

Peluang untuk Memperkaya Bahasa

Di sisi lain, slang online juga memiliki potensi untuk memperkaya Bahasa Indonesia. Anak muda menciptakan kata-kata baru yang lebih mudah dipahami dan lebih sesuai dengan konteks komunikasi online. Contohnya, “nge-scroll” untuk “mengulir” atau “nge-follow” untuk “mengikuti”. Kreativitas ini dapat menjadi sumber inspirasi untuk memperkaya kosakata Bahasa Indonesia.

Slang online dapat dapat menjadi jembatan komunikasi antar generasi. Namun, penting untuk dicatat bahwa menjaga keseimbangan antara penggunaan bahasa baku dan bahasa gaul harus tetap dipertimbangkan. Slang online dapat menjadi bagian dari komunikasi informal, namun tidak boleh menggantikan sepenuhnya penggunaan bahasa baku. Pendidikan bahasa harus tetap menekankan pentingnya penggunaan bahasa baku dan standar. Dengan demikian, slang online dapat menjadi bagian dari upaya untuk memperkaya dan melestarikan Bahasa Indonesia di era yang serba digital tanpa menggeser Bahasa Indonesia, bahasa yang sebenarnya.

Referensi:

Niswa, K., Hastianah, H., Herman, H., Fatmawati, E., Saputra, N., & Mukmin, M. (2023). Understanding Meaning From Online Advertisement Through Semantics Analysis of Slang (SAOS): A Case on Semantics. Scientific Management and Control, 11(5), 6008. https://doi.org/10.11114/smc.v11i5.6008.

* Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال