Pantun sebagai Warisan Sastra yang Hidup di Era Digital

Ilustrasi: Dok. Istimewa

Oleh: Ibnu Febriyan*

Pantun sebagai  puisi lama yang menjadi identitas budaya Nusantara. Dengan struktur yang sederhana tetapi penuh makna, pantun telah lama menjadi sarana untuk menyampaikan pesan moral, nasihat, dan hiburan. Namun, di tengah arus globalisasi dan era digital seperti sekarang, keberadaan pantun menghadapi tantangan besar. Banyak generasi muda yang lebih akrab dengan konten digital daripada warisan budaya tradisional seperti pantun.  

Pantun dalam Era Digital di Berbagai Lini Kehidupan Modern

Meski begitu, digitalisasi sebenarnya membuka peluang baru bagi pantun untuk tetap relevan dan berkembang. Dengan platform seperti media sosial, pantun dapat disampaikan dalam format yang lebih segar dan menarik. Kreator konten, misalnya, sering menggunakan pantun untuk membuat video humor, promosi produk, atau kritik sosial yang menghibur. Selain itu dalam tayangan program televisi maupun dalam film layar lebar pantun juga sering digunakan sebagai bagian dari ciri khas karakter tokoh.Hal ini membuktikan bahwa pantun masih memiliki daya tarik jika dikemas dengan cara yang kreatif dan sesuai zaman.  

Salah satu contoh nyata penggunaan pantun bisa kita jumpai dalam iklan dan pemasaran digital. Beberapa perusahaan besar menggunakan pantun dalam kampanye mereka untuk menciptakan kesan unik dan menarik perhatian audiens. Dengan pola rima dan irama yang khas, pantun tidak hanya mudah diingat tetapi juga mampu menyampaikan pesan dengan cara yang santun dan menghibur. 

Selain itu, pantun juga mulai masuk ke dalam platform pendidikan digital. Aplikasi belajar bahasa Indonesia, video edukasi, dan konten interaktif lainnya menggunakan pantun sebagai salah satu materi pembelajaran. Melalui pendekatan ini, generasi muda dapat belajar pantun dengan cara yang lebih menyenangkan, sehingga warisan budaya ini tidak hanya dikenal tetapi juga dipraktikkan.  

Tantangan Pantun dalam Era Digitalisasi

Namun, digitalisasi juga membawa tantangan tersendiri. Kecepatan arus informasi dan gaya komunikasi yang serba instan sering kali membuat nilai estetika dalam berbahasa, seperti pantun, kurang diperhatikan. Banyak orang lebih memilih bahasa singkat yang praktis, seperti singkatan atau emoji, daripada menyusun kata-kata yang indah. Hal ini membuat pantun harus bersaing untuk tetap relevan di tengah budaya komunikasi modern.  

Untuk menghadapi tantangan ini, perlu ada upaya kolektif dari berbagai pihak. Pemerintah, misalnya, dapat mendukung pelestarian pantun melalui kampanye digital atau lomba pantun berbasis online. Kreator konten juga dapat berkontribusi dengan membuat pantun menjadi tren yang menarik di media sosial. Dengan cara ini, pantun dapat terus dikenal dan diapresiasi oleh generasi muda di era digital.   

Pelestarian Pantun sebagai Warisan Budaya Indonesia

Pantun tidak hanya sekadar warisan budaya, tetapi juga cerminan kearifan lokal yang relevan hingga saat ini. Digitalisasi tidak seharusnya menjadi ancaman bagi pantun, melainkan peluang untuk menghidupkan kembali budaya ini dalam format yang lebih modern. Dengan memanfaatkan teknologi, pantun dapat menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk generasi muda yang lahir di era digital.  

Sebagai masyarakat yang hidup di era globalisasi, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan antara budaya tradisional dan perkembangan teknologi. Pantun adalah bagian dari identitas bangsa yang harus dilestarikan. Dengan memanfaatkan teknologi digital, kita tidak hanya menjaga pantun tetap hidup, tetapi juga memastikan bahwa keindahan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat diwariskan kepada generasi mendatang. 

Melalui digitalisasi, pantun dapat menjadi lebih dari sekadar kenangan sejarah. Ia dapat berkembang menjadi medium komunikasi yang relevan, menarik, dan tetap membawa nilai-nilai budaya Nusantara di tengah dunia yang semakin modern. Dengan begitu, pantun akan terus menjadi bagian dari kehidupan kita, tak lekang oleh waktu dan perubahan zaman.  

* Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال