Ilustrasi: Makanan cepat saji (junk food)
Oleh: Lisa Agustin (Universitas Lampung)
Junk Food, atau makanan cepat saji, saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia. Banyak orang menganggapnya sebagai solusi praktis untuk waktu yang terbatas dan kemudahan dalam menjangkaunya. Makanan cepat saji juga dikenal memiliki cita rasa yang menggugah selera, sehingga tidak heran jika kebiasaan mengonsumsinya menjadi tren sekaligus kebutuhan yang meningkat di kalangan masyarakat modern. Namun menurut saya, kecintaan terhadap Junk Food ini dapat membawa dampak serius bagi kesehatan jika tidak dilakukan dengan bijak apa lagi kita sebagai kaum hawa yang sangat menyukai makanan Junk Food.
Di era yang serba cepat ini, gaya hidup praktis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dalam tulisan ini, saya akan mengulas lebih dalam tentang risiko-risiko yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi Junk Food. Salah satu dampak paling nyata dari konsumsi makanan ini adalah kekurangan nutrisi. Junk food sering kali tidak mengandung cukup vitamin, mineral, dan serat yang esensial bagi kesehatan tubuh. Ketika seseorang mengandalkan junk food sebagai sumber utama asupan, mereka berisiko mengalami kekurangan gizi. Contohnya, kekurangan vitamin C dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, sementara kurangnya serat dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti sembelit.
Lebih jauh lagi, menurut saya setelah membaca beberapa literatur jurnal konsumsi Junk Food yang berlebihan dapat berkontribusi pada obesitas dan meningkatnya risiko penyakit kronis, termasuk diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker. Tak hanya itu, Junk Food juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Kandungan zat berbahaya dalam makanan instan ini, seperti gula tinggi, dapat menyebabkan fluktuasi kadar glukosa dalam darah, yang berdampak pada perubahan suasana hati dan level energi.
Selain itu, konsumsi junk food yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan tubuh dalam mengatasi stres. Fenomena khususnya terkait bahan pengawet dan penyedap, sering disebut "micin," kini sering digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan kondisi ketidaknormalan seperti kesulitan berpikir atau lambatnya respon dalam percakapan. Penyakit berbahaya lainnya, seperti stroke, usus buntu, dan penyakit ginjal, juga mengintai di balik kebiasaan konsumsi junk food ini. Selain itu, perilaku mengonsumsi makanan cepat saji dapat menciptakan siklus ketergantungan yang sulit diputus.
Bagi Anda yang termasuk dalam kategori penggemar junk food, penting untuk mulai mengurangi konsumsi makanan tersebut. Sayangi tubuh dan diri sendiri dengan menyadari bahwa beberapa bahan dalam makanan instan sulit dicerna. Misalnya, makanan berisi lilin dapat membutuhkan waktu lebih dari dua hari untuk dicerna oleh sistem pencernaan. Meskipun junk food mungkin menawarkan kenyamanan dan rasa yang menggoda, dampak negatifnya terhadap kesehatan tidak bisa ditoleransi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas di Indonesia meningkat dari 14,8% pada 2013 menjadi 21,8% pada 2018. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi makanan tinggi kalori, gula, garam, dan lemak seperti junk food. Berdasarkan survei, konsumsi makanan cepat saji meningkat di kalangan anak dan remaja. Menurut laporan UNICEF, 40% anak-anak di Indonesia makan makanan yang tidak sehat, termasuk junk food. Dan juga Konsumsi junk food berkontribusi pada peningkatan prevalensi penyakit tidak menular. Riskesdas 2018 mencatat prevalensi diabetes melitus sebesar 10,9% dan hipertensi sebesar 34,1%. Menurut jurnal yang telah saya baca tersebut dampak yang di timbulkan akibat mengonsumsi Junk Food bisa menimbulkan penyakit yang lumayan serius
Oleh karena itu, saya mengajak kalangan masyarakat luas untuk kesadaran akan bahaya Junk Food perlu ditingkatkan, baik di kalangan individu maupun masyarakat luas. Dengan memilih pola makan yang lebih sehat dan seimbang, kita dapat mencegah berbagai masalah kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup kita. Mari kita berkomitmen untuk menjadikan pola makan yang lebih bergizi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Menggantikan Junk Food dengan makanan segar dan bernutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan sumber protein tanpa lemak akan membantu kita menjaga kesehatan dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk hidup lebih sehat demi masa depan yang lebih baik.