Ilustrasi: Dok. Istimewa |
Oleh: Gading Nugroho*
Kemampuan berbahasa Indonesia adalah fondasi yang sangat penting dalam kehidupan akademik, khususnya di kalangan mahasiswa perguruan tinggi. Sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan, bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana berpikir, menulis, dan mengekspresikan budaya. Dalam konteks akademik, kemampuan ini meliputi keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan sesuai dengan kaidah tata bahasa yang baik dan benar. Kemampuan tersebut tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mencerminkan kapasitas berpikir kritis, analitis, dan kreatif mahasiswa (Chedoha, M.Y., 2018).
Dalam dunia pendidikan, terutama di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), penguasaan bahasa Indonesia memainkan peran strategis. Bahasa menjadi medium untuk memahami buku teks, artikel ilmiah, dan materi kuliah yang mayoritas menggunakan bahasa formal dan akademik.
Mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik cenderung lebih mudah mengakses dan mengolah informasi dari berbagai sumber literatur, menghasilkan karya tulis akademik yang berkualitas, serta berpartisipasi aktif dalam diskusi atau seminar (Hilaliyah, H., 2015). Sebaliknya, mahasiswa yang kesulitan memahami bahasa formal akan menghadapi hambatan dalam proses belajar, yang berimplikasi pada rendahnya prestasi akademik mereka.
Salah satu contoh konkrit pentingnya kemampuan berbahasa Indonesia adalah dalam membaca teks akademik yang sering kali kompleks dan penuh istilah teknis. Mahasiswa yang memiliki keterampilan membaca yang baik dapat lebih cepat menyerap informasi, memahami konteks materi, dan menghubungkannya dengan teori yang relevan.
Selain itu, kemampuan menulis juga menjadi kunci dalam menyusun laporan penelitian, makalah, atau esai. Tanpa penguasaan menulis yang memadai, mahasiswa akan kesulitan menyampaikan ide-ide mereka secara logis dan terstruktur, yang dapat berdampak pada kualitas tugas akademik mereka.
Tidak kalah penting, kemampuan mendengar dan berbicara turut berkontribusi dalam keberhasilan akademik. Dalam diskusi kritis, presentasi, atau seminar, mahasiswa dituntut untuk mampu menyampaikan argumen dengan jelas dan mempertahankan pendapat mereka secara logis. Kemampuan mendengar yang baik juga memungkinkan mereka menangkap informasi penting dari dosen atau narasumber, sehingga lebih efektif dalam mengikuti proses pembelajaran (Rares, J., 2023).
Kemampuan berbahasa Indonesia juga berkaitan erat dengan keterampilan berpikir kritis, yang sangat esensial dalam dunia akademik. Dengan penguasaan bahasa yang baik, mahasiswa dapat mengorganisasi pemikiran mereka secara sistematis dan menyampaikan analisis yang mendalam terhadap berbagai fenomena sosial. Hal ini sangat relevan dalam kajian-kajian sosial dan politik di FISIP, di mana mahasiswa sering dihadapkan pada isu-isu kompleks yang membutuhkan analisis multi-perspektif.
Namun, di era digital seperti sekarang, tantangan penggunaan bahasa formal semakin besar. Media sosial, yang sering kali mendominasi komunikasi sehari-hari mahasiswa, cenderung mendorong penggunaan bahasa informal yang dapat memengaruhi kemampuan bahasa formal mereka. Oleh karena itu, mahasiswa perlu menjaga keseimbangan antara penggunaan bahasa formal untuk keperluan akademik dan bahasa informal untuk komunikasi sehari-hari.
* Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa