Ilustrasi: Banjir Rob di Jakarta Utara (ANTARA News)
Oleh: Abidullah
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai daerah pesisir yang sangat strategis yang dapat dioptimalkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Adanya isu tentang perubahan iklim dan pemanasan global menyebabkan meningkatnya kewaspadaan masyarakat di Indonesia akan dampak dari masalah tersebut, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Perubahan iklim menjadi peristiwa yang sangat krusial bagi masyarakat secara global. Kehidupan di wilayah daratan, laut, dan peralihan darat-laut (wilayah pesisir) sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim dan pemanasan global (Novianti dkk., 2016; Subagiyo, 2021).
Menurut prediksi IPCC, kenaikan suhu bumi dan permukan air laut akan meningkatkan tingkat banjir pesisir di dataran rendah (Dada et al, 2019). Jakarta Utara memiliki posisi geografis yang rentan terhadap banjir rob. Letaknya yang berada di dataran rendah dan dekat dengan garis pantai membuat daerah ini sangat terpapar terhadap naiknya permukaan air laut.
Fenomena ini bukanlah hal baru bagi penduduk Jakarta Utara, namun dalam beberapa tahun terakhir, frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, mengakibatkan dampak yang lebih signifikan bagi kehidupan masyarakat. Banjir rob tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi, kerusakan infrastruktur, dan ancaman kesehatan.
Peningkatan muka air tanah ini dapat menyebabkan permukaan tanah ambles dan intrusi air laut (Asdak, 1995). Penurunan tanah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti ekstraksi air tanah yang berlebihan, semakin memperparah situasi. Kombinasi antara faktor alam dan aktivitas manusia menciptakan kondisi yang ideal bagi terjadinya banjir rob yang berulang.
Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim global juga turut memperburuk kondisi, dengan peningkatan suhu bumi yang menyebabkan mencairnya es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi, seperti badai dan hujan lebat, turut memperparah kondisi banjir rob di daerah pesisir. Banyak perubahan fisik yang disebabkan oleh banjir rob memengaruhi kondisi lingkungan, yang secara tidak langsung memberikan tekanan pada struktur dan infrastruktur masyarakat (Marfai dan King, 2011).
Pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan, seperti reklamasi pantai dan pembangunan gedung tinggi, tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya, semakin memperparah kondisi. Akses jalan dipenuhi oleh lumut yang menjadikan jalan licin hingga memakan banyak korban bagi pejalan kaki maupun pengguna sepeda motor.
Penurunan muka tanah, yang menyebabkan permukaan tanah ambles dan intrusi air laut, memperburuk dampak banjir rob (Aini et al., 2023). Penurunan muka air tanah mengakibatkan permukaan air laut lebih tinggi dari permukaan tanah yang dapat disebabkan oleh kegiatan manusia maupun kegiatan kota sehingga meningkatkan kebutuhan terhadap air tanah, dan akhirnya mengambil air tanah secara besar-besaran untuk kebutuhan hidup masyarakat. Permasalahan ini sering terjadi di wilayah perkotaan, terutama di kawasan pesisir, karena daerah pesisir memiliki kerentanan tinggi terhadap tekanan lingkungan, baik yang berasal dari aktivitas di darat maupun dari kondisi di laut (Pujiastuti, 2015).
Dampak negatif dari kedua fenomena ini saling berkaitan dalam perubahan kondisi lingkungan wilayah. Banjir rob di Jakarta Utara tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik, tetapi juga memiliki implikasi yang luas bagi ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat. Ketika banjir rob terjadi, jalan-jalan utama dan kawasan perumahan sering kali terendam air, mengakibatkan gangguan aktivitas ekonomi. Bisnis lokal, termasuk toko-toko dan restoran, sering kali harus menutup operasi mereka selama beberapa hari, yang berdampak pada pendapatan harian.
Selain itu, fasilitas umum seperti sekolah dan pusat kesehatan juga terkena dampak, mengganggu pelayanan publik yang vital. Dampak kesehatan dari banjir rob juga tidak boleh diabaikan. Air yang menggenang menjadi tempat berkembang biaknya berbagai patogen, meningkatkan risiko penyakit menular seperti diare dan infeksi kulit. Sanitasi yang buruk selama banjir juga memperparah situasi, dengan limbah rumah tangga yang tercampur dengan air banjir, menciptakan kondisi yang tidak higienis. Dengan demikian strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat disesuaikan dengan kondisi perubahan yang dihadapinya.
Keterlibatan masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana banjir merupakan salah satu wujud nyata dari penerapan sikap peduli terhadap lingkungan (Imamsari dan Triastuti, 2017). Sikap peduli lingkungan adalah perilaku yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan serta melakukan berbagai upaya perbaikan dan penanganan terhadap kerusakan lingkungan yang sudah ada (Kemendiknas, 2010).
Program relokasi warga dari daerah rawan banjir ke tempat yang lebih aman juga dijalankan. Meskipun program ini menghadapi berbagai tantangan, seperti penolakan dari warga yang enggan pindah, relokasi tetap dianggap sebagai solusi jangka panjang yang efektif. Warga yang tinggal di daerah yang sangat rawan banjir rob diberikan alternatif tempat tinggal di lokasi yang lebih aman dan layak huni Pemerintah juga melakukan upaya penghijauan dan konservasi lingkungan di kawasan pesisir. Penanaman mangrove dan vegetasi pesisir lainnya dilakukan untuk mengurangi erosi dan menjaga keseimbangan ekosistem. Mangrove memiliki kemampuan untuk menahan gelombang laut dan mengurangi dampak banjir rob. Selain itu, penghijauan di kawasan pesisir juga membantu mengurangi penurunan tanah.
Masyarakat Jakarta Utara memiliki berbagai harapan terhadap pemerintah dalam menangani masalah banjir rob. Mereka menginginkan adanya tindakan nyata dan berkelanjutan yang lebih efektif, bukan hanya solusi sementara. Pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan kebijakan yang lebih komprehensif dan holistik dalam mengatasi banjir rob, termasuk peningkatan infrastruktur pengendalian banjir, program relokasi yang lebih baik, dan konservasi lingkungan yang berkelanjutan. Masyarakat juga berharap agar kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat ditingkatkan. Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa upaya penanggulangan banjir dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan. Swasta diharapkan dapat berkontribusi dalam bentuk investasi untuk pembangunan.
Masyarakat memiliki peran penting dalam mengatasi banjir rob di Jakarta Utara. Partisipasi aktif masyarakat dalam program penghijauan dan konservasi lingkungan, serta penerapan praktik yang lebih ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, dapat membantu mengurangi dampak banjir. Agar penanganan yang diberikan bisa lebih konprehensif. Apabila hal ini bisa diimplementasikan dengan baik dengan sistem pemantauan dan evaluasi yang komprehensif harus diterapkan untuk menilai efektivitas program yang telah berjalan dan melakukan perbaikan yang diperlukan, Menyediakan anggaran cukup untuk infrastruktur, penghijauan, dan edukasi. Niscaya penanggulangan banjir rob di Jakarta Utara akan menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
Referensi:
- Novianti, K., Warsilah, H., & Wahyono, A. (2016). Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir.
- Subagiyo, A. (2021). Catatan Peringatan Hari Bumi, 22 April 2017: Dampak Perubahan Iklim pada Kawasan Pesisir dan Laut. Lecture Brawijaya University.
- Dada, Olusegun A. et al. (2019). Recent coastal sea-level variations and flooding events in the Nigerian Transgressive Mud Coast of Gulf of Guinea. Journal of African Earth Sciences. https://www.researchgate.net/publication/336521194_Recent_coastal_seal evel_variations_and_flooding_events_in_the_Nigerian_Transgressive_Mu d_coast_of_Gulf _of_Guinea
- Asdak, C., 1995. Hidrologi dan PengelolaanDaerah Aliran Sungai, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
- Marfai, M. A., & King, L. (2011). Monitoring Land Subsidence in Semarang Indonesia (Vol. 53). Springer: Environ Geol.
- Aini, D., Farhaini, A., & Putra, B. K. (2023). Community Participation in Improving Health in Remote Areas: A Literature Review. International Journal of Education, Information Technology and Others (IJEIT), 6(2), 27–43. https://doi.org/10.5281/zenodo.7798056
- Pujiastuti, R., Suripin, S., & Syafrudin, S. (2015). Pengaruh Land Subsidence terhadap Genangan Banjir dan Rob di Semarang Timur. Media Komunikasi Teknik Sipil, 21(1), 1–15.
- Imamsari, F. S., & Triastuti, R. (2017). Partisipasi Masyarakat pada Penanggulangan Banjir dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan. Educitizen, 2(1), 143–156. https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/civic/article/viewFile/11951/8530
- Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Balitbang. KKP. (2019, December). Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor : KEP.10/MEN/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu. Kementerian Perikanan Dan Kelautan Republik Indonesia
- Salsabillah, F., Setiawan, C., A'rachman, F. R., & Oktarina, R. L. (2024). Analisis spasial tingkat kerawanan banjir rob di wilayah Jakarta Utara. Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS), 5(1), 55–68. https://doi.org/10.23960/jgrs.ft.unila.246
- Chairani, C., Agustina, P. P. S., & Budiharto, W. I. (2024). Adaptasi masyarakat pesisir Jakarta Utara terhadap fenomena penurunan muka tanah dan banjir rob. Gender, Human Development, and Economics, 1(1), 28–40. https://doi.org/10.61511/ghde.v1i1.2024.591