Fajar, Pengusaha Tak Bersepatu Kantongi Omzet Ratusan Juta

Warta Times
Fajar Wisnu Wardhono ini merupakan seorang anak yatim serba bisa asal kota hujan, Bogor. (Foto: Dok/Ist).

Warta Times – BABEH, begitu dia dipanggil. Pemuda bernama lengkap Fajar Wisnu Wardhono ini merupakan seorang anak yatim serba bisa asal kota hujan, Bogor. Pemuda yang kini berusia 23 tahun ini memiliki seperti masa remaja seperti kebanyakan orang lainnya.

Kisahnya dimulai saat dia masih berseragam putih biru. Saat ditinggalkan ayahnya, Babeh bukan berasal dari keluarga mampu. Oleh karena itu, saat temannya sibuk menimba ilmu guna mengejar cita-citanya, Babeh malah berusaha menyambung hidup dan ibunya. Dia rela membanting tulang dengan berdagang majalah dan koran.

Dalam perjalannnya selama SMP, Babeh mengaku tidak mementingkan atribut yang dikenakan, bermodalkan celana saja sudah cukup bagi dia. “Sepatu saja saya nggak punya waktu SMP, cuma celana sekolah tiga potong,” kata dia kala berbincang dengan  okezone belum lama ini. Karenanya, tak heran jika pemuda ini juga jarang mengikuti kegiatan  study tour  yang kala itu sering dilakukan.

Namun, Babeh tidak mempermasalahkan keadaanya, justru demi mencari dana tambahan dia malah aktif berorganisasi. Organisasi yang dilakoninya bukan tanpa maksud, sambil menyelam minum air, begitulah kata pepatah yang di tekuni Babeh. Dalam organisasi tersebut, Babeh mengambil kesempatan sebagai penjual alat-alat graffiti, kaos serta jasa konveksi. Menurut dia, hasil dari penjualan tersebut cukup untuk menghidupi dia dan ibunya.

Semakin bertambahnya usia, Babeh semakin giat bekerja. Pemuda berbadan kekar ini pun sempat melirik usah mikro untuk bertahan hidup. Saat itu, dia memilih usaha krupuk. Awalnya, dia hanya diberitahu oleh temannya, dan sejalan dengan itu, dia mulai meminjam modal untuk berjualan. Namun, dirinya terbentur kendala distribusi kerupuk tersebut. ”Karena engga punya waktu motor dagang krupuk, akhirnya saya minjem motor temen saja,” kenangnya.

Dari usaha-usaha tersebut Babeh mulai mengumpulkan modal. Berbekal tanya-tanya, dia mencoba keuntungannya dengan berternak lele, gurami serta benih ikan. Hasilnya lumayan, kala itu Babeh berhasil menggarap keuntungan lumayan. Dia mampu membeli sebuah sepeda motor dan merenovasi rumah. Saat  okezone  bertanya suka-duka berternak ikan, dia menuturkan, saat yang paling menyenangkan adalah kala menunggu waktu panen. “Tapi pernah juga sedikit lagi panen, malah kebanjiran,” ujarnya miris.

Cukup mapan dengan berternak lele dan lainya, Babe yang kala itu telah menapaki bangku kuliah kembali menggembangkan usahanya menjadi supplier ayam dan daging. Saat itu, dia menyajikan telur dan daging untuk warung nasi padang, restoran dan katering di daerah Bogor. Karena usahanya, Babeh pernah diusir dari kampus. “Waktu itu saya nganterin dagangan sambil bawa bronjongan ke kampus. Saya di usir-usir satpam kampus, gara-gara bawa bronjongan bau ayam,” kata Babeh.

Kerja keras dan kesabarannya memang patut mendapat apresiasi. Berkat usaha-usaha yang kini masih berjalan, Babeh sukses meraup keuntungan ratusan juta per bulannya. “Sekarang omzetnya sampai diangka Rp100 juta-Rp200 juta per bulannya,” ujarnya bangga.

Sukses tak lantas membuatnya lupa diri, Babeh kini bersedia berbagi pengalamannya dengan menjadi pendampingan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak tidak mampu. Saat ini, pemuda tersebut mengatakan sedang melirik usaha  housekeeping.

Sukses menjadi pengusaha kecil-kecilan, Babeh kini mencoba peruntungannya di bidang entertainment sebagai pemain beatbox  atau beatboxer. Sekadar informasi, Beatbox  merupakan salah satu bentuk seni yang mengfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, khususnya suara  turntable melalui alat-alat ucapan manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucapan lainnya.

Sayang, pemuda yang dulu tak mempunyai sepatu kala sekolah, kini telah manggung di beberapa stasiun televisi swasta dan dapat menghidupi keluarganya dengan layak dan berkecukupan.