Daerah  

Nelayan Lhok Kuala Bubon Antusias Ikuti Workshop Pembuatan Ice Gel untuk Jaga Mutu Ikan

Workshop Pelatihan Penanganan Rantai Dingin di Gudang Panglima Laot Desa Lhok Kuala Bubon. (Foto: Dok/Ist).

Wartatimes, Aceh Barat — Sebagai wujud komitmen pengabdian kepada masyarakat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU) kembali hadir untuk memberikan kontribusi nyata bagi nelayan tradisional di Aceh Barat. Pada Jumat, 12 September 2025, FPIK UTU menyelenggarakan Workshop Pelatihan Penanganan Rantai Dingin di Gudang Panglima Laot Desa Lhok Kuala Bubon. Kegiatan ini diikuti oleh 30 nelayan tradisional setempat dan berfokus pada pembuatan serta pemanfaatan ice gel sebagai teknologi sederhana untuk menjaga kesegaran ikan hasil tangkapan.

Acara ini dibuka oleh Panglima Laot, Saiful, yang mengapresiasi inisiatif UTU dalam membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan. “Dengan teknologi ini, kami berharap kualitas ikan yang dihasilkan masyarakat tetap segar hingga sampai ke tangan konsumen, sehingga harga jual bisa lebih baik,” ujarnya.

Kegiatan dipimpin oleh Muhammad Arif selaku ketua tim pengabdian, didampingi oleh Akbardiansyah dan Delfian Masrura, serta melibatkan mahasiswa Program Studi Perikanan FPIK UTU. Muhammad Arif dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga mutu ikan sejak ditangkap hingga dijual. “Ice gel mampu menjaga suhu dingin lebih lama, hingga 12 jam, terutama jika disimpan dalam box Styrofoam atau box fiber. Selain itu, ice gel bisa digunakan berulang kali sehingga menghemat biaya operasional nelayan,” jelasnya.

Sesi praktik menjadi momen paling ditunggu. Akbardiansyah memimpin demonstrasi pembuatan ice gel mulai dari mencampur bahan, mengisi kemasan, hingga menyusun ice gel secara tepat di box penyimpanan. Para nelayan terlihat sangat antusias, mencatat langkah-langkah dan langsung mencoba membuat ice gel mereka sendiri.

Respon peserta sangat positif. Beberapa nelayan mengaku baru mengetahui bahwa ice gel bisa diproduksi secara mandiri dengan biaya terjangkau. “Sebelumnya kami hanya pakai es batu, cepat habis dan harus beli lagi. Dengan ice gel ini kami bisa menghemat biaya dan ikan tetap segar sampai ke pasar,” ungkap salah satu nelayan.

Selain praktik pembuatan ice gel, sesi diskusi terbuka memberikan ruang bagi nelayan untuk berbagi pengalaman dan tantangan sehari-hari. Tim UTU menjawab pertanyaan mereka satu per satu, termasuk tips penyimpanan ikan agar kualitasnya tidak menurun.

Workshop ditutup dengan penyerahan paket percontohan berupa box penyimpanan dan ice gel hasil praktik kepada perwakilan nelayan. Muhammad Arif berharap kegiatan ini dapat diadopsi secara konsisten oleh nelayan. “Kami ingin melihat Lhok Kuala Bubon menjadi desa percontohan penanganan ikan yang baik. Dengan mutu ikan yang lebih terjaga, pendapatan nelayan pun akan ikut meningkat,” tegasnya.

Kegiatan ini juga menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa UTU yang terlibat langsung mendampingi nelayan. Mereka belajar memahami permasalahan di lapangan sekaligus memberikan solusi nyata. Dengan kolaborasi antara kampus dan masyarakat, teknologi sederhana seperti ice gel diharapkan dapat menjadi pemicu perubahan positif yang berkelanjutan bagi nelayan di Aceh Barat. Kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) atas hibah yang diberikan untuk pendanaan program ini, sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat nelayan.