Daerah  

Dari Limbah hingga Runway, Mahasiswa Universitas Ciputra Gagas Desain Fashion Masa Depan

Dokumentasi pribadi : Kellen, Nadine, Putri, dan Alea. (dari kiri ke kanan)

Wartatimes, Surabaya – Mahasiswa Program Studi Fashion Design Business Universitas Ciputra Surabaya menghadirkan karya-karya inovatif dalam proyek mata kuliah Fashion Trend Analysis. Mengangkat isu keberlanjutan dan interpretasi tren global, acara ini menjadi ajang unjuk kemampuan analisis tren, perancangan kreatif, dan strategi desain yang relevan dengan tantangan industri mode saat ini.

Elegansi Lokal dalam Sentuhan Valentino

Kelompok pertama yang terdiri dari Kellen, Nadine, Putri, dan Alea menampilkan koleksi bertajuk “Valentino dalam Sentuhan Lokal: Elegan, Modern, dan Berani.” Koleksi ready-to-wear ini memadukan nuansa haute couture dengan gaya personal yang kontemporer. Palet monokrom, siluet longgar, serta permainan bahan seperti tulle dan organza menciptakan kesan ringan dan feminin, namun tetap berani.

Penggunaan elemen bulu, motif polkadot, dan teknik layering turut memperkuat dimensi visual karya mereka. Koleksi ini membuktikan bahwa inspirasi global dapat diolah menjadi karya lokal yang relevan dan berdaya saing.

Dosen Fashion Trend Analysis, Christina Tanujaya, menekankan pentingnya kemampuan untuk menerjemahkan nilai high fashion ke dalam konteks lokal. “Ini bukan sekadar studi estetika, tetapi juga strategi bisnis kreatif di era industri 5.0,” jelasnya.

Dokumentasi pribadi :  Inggrid, Janefier, Shella, dan Juniliany. (dari kiri ke kanan)

Senada, asisten dosen Caroline Devina menambahkan, “Kepekaan sosial dan budaya dalam desain adalah hal yang esensial. Mahasiswa harus mampu membaca tren sambil memahami konteks yang melatarinya.”

Upcycling Denim untuk Masa Depan Berkelanjutan

Kelompok kedua yang terdiri dari Inggrid, Janefier, Shella, dan Juniliany mengusung tema “Denim Lama, Gaya Baru: Upcycling sebagai Strategi Desain Berkelanjutan.” Koleksi mereka menyuarakan praktik upcycling sebagai solusi terhadap persoalan limbah dalam industri fesyen.

Melalui pendekatan layering, perpaduan warna yang matang, dan narasi visual yang kuat, mereka menyulap denim bekas menjadi busana kontemporer yang tidak hanya menarik, tetapi juga bermakna.

Yoanita Tahalele, dosen mata kuliah Fashion Trend Analysis dan Koordinator Center for Sustainable Design, menegaskan pentingnya perubahan cara pandang terhadap material fesyen. “Ketika mahasiswa melihat limbah sebagai potensi, di situlah keberlanjutan menjadi nyata. Upcycling adalah strategi desain masa depan yang kreatif dan bertanggung jawab,” tuturnya. Ia juga menyebut penggunaan kapas organik dan proses produksi minim bahan kimia sebagai bukti bahwa estetika dan etika dapat berjalan berdampingan.

Proyek ini membuktikan bahwa mahasiswa tak hanya belajar merespons dinamika tren, tetapi juga diajak membentuk paradigma baru dalam melihat mode sebagai medium reflektif. Proyek ini mendorong mereka untuk menyuarakan nilai keberlanjutan, kesadaran sosial, dan kreativitas yang relevan dengan konteks zaman.

Inisiatif ini mencerminkan arah baru industri fashion Indonesia dimana industri yang tidak hanya memprioritaskan estetika, tetapi juga tanggung jawab lingkungan dan nilai-nilai lokal. Di tangan generasi baru ini, mode bukan sekadar tampilan luar, melainkan cerminan pemikiran yang mendalam dan progresif terhadap dunia.