Wartatimes.com, Wonosobo – Mahasiswa KKN TIM 1 Universitas Diponegoro, program studi Fisika, Adis Budiawan melaksanakan program kerja monodisiplin “Pengembangan Racun Tikus Alami dari Ubi Gadung” di Desa Beran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dalam upaya mengendalikan populasi hama tikus yang meresahkan masyarakat, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) menghadirkan inovasi berbasis kearifan lokal dengan memanfaatkan ubi gadung sebagai racun tikus alami.
Melalui penelitian yang dilakukan, tim KKN menemukan bahwa penambahan tepung tapioka sebagai cross-linker atau penggandeng molekul racun dapat meningkatkan efektivitas dan daya tahan racun tersebut. “Tepung tapioka merupakan polimer atau rantai panjang, ini menjadi salah satu alternatif yang cocok untuk ditambahkan ke dalam racun tikus” ujar Adis Budiawan.
Ubi Gadung: Alternatif Racun Tikus Alami
Ubi gadung (Dioscorea hispida) dikenal mengandung senyawa diosgenin dan saponin yang bersifat toksik bagi tikus. Namun, permasalahan utama dalam penggunaan racun alami ini adalah daya tahannya yang relatif singkat di lingkungan terbuka, sehingga mengurangi efektivitasnya dalam jangka waktu lama.
Peran Tepung Tapioka sebagai Cross-Linker
Tepung tapioka berfungsi sebagai agen penggandeng molekul yang mengikat senyawa aktif dalam ubi gadung, sehingga memperlambat proses degradasi racun ketika terpapar udara dan kelembapan. Dengan teknik pencampuran tertentu, racun ubi gadung yang telah ditambahkan tepung tapioka menunjukkan peningkatan stabilitas dan efektivitas dalam membasmi tikus di lahan pertanian maupun pemukiman warga.

Manfaat dan Keunggulan Inovasi Ini
- Lebih Ramah Lingkungan – Menggunakan bahan alami dan mudah terurai dibandingkan dengan racun tikus berbahan kimia sintetis.
- Meningkatkan Efektivitas Racun – Racun tetap aktif lebih lama, sehingga tidak perlu sering diganti.
- Mudah Diproduksi oleh Masyarakat – Bahan yang digunakan mudah didapat dan dapat diolah dengan teknik sederhana.
“Saya berterima kasih kepada mas-mas dan mbak-mbak KKN Tim 1 Undip yang telah sharing ilmu kepada kelompok tani kami. Saya harap inovasi ini dapat diterapkan ke desa kami dan dapat bermanfaat untuk mengatasi hama tikus yang melanda desa kami” ujar Supriyadi selaku ketua kelompok tani Desa Beran.